Ada 3 jenis mati syahid menurut kajian fiqih yg didokumentasikan dalam kitab Asnal Mathalib, silahkan diperiksa di:
http://feqh.al-islam.com/Display.asp?Mode=0&MaksamID=280&DocID=59&ParagraphID=875&Diacratic=0
Insya Allah terjemahannya kurang lebih begini:
(1) Syahid Dunia Akhirat. Kedua titel ini bedanya adalah kalau dari segi syahid dunia, dia tidak perlu dimandikan (dan dishalati), sedangkan dari titel syahid akhirat, maksudnya dia akan mendapatkan pahala khusus. Kategori ini disandang orang yg wafat di medan perang.
(2) Syahidul Akhirah Dunaddunya yakni Syahid Akhirat tapi Bukan Syahid Dunia. Karena Syahid Akhirat, dia mendapat keistimewaan ukhrowi seperti di atas tadi, hanya saja karena dia bukan syahid dunia, maka dia harus diperlakukan biasa (dimandikan, dst).
Masuk kategori ini adalah orang yang mati karena dibunuh (bukan berkelahi), orang sakit (di bagian dlm) perut, org tenggelam, dll.
(3) Syahidun Fiddunya Duunal Akhirah atau Syahid Dunia tapi minus akhirat, yaitu yg mati karena jihad tapi membawa niat yang tidak benar, (misal karena ghanimah / harta, dll)), juga yang mati di medan perang tapi karena melarikan diri dari perang, dll. Statusnya tetap diperlakukan sbmn orang yang mati syahid, namun urusan akhiratnya terserah Allah SWT. Orang yg hidup cukup husnudhdhon saja, bahwa dia betul2 mati syahid.
Ada satu info menarik, yakni orang yg mati ngennes. Memendam rindu tak terkirakan kepada (lawan jenis) yang dikasihinya, namun tak berani mengutarakan hingga jatuh sakit, selanjutnya begitu dalam rindunya, hingga akhirnya meninggal. Ternyata dia masuk ke kategori 2. Bunyi haditsnya sebagai berikut:
[Man asyiqa fa affa wakatama fa mata syahiidan]
Jadi syaratnya ada 2, affa dan katama, yakni:
1. Affa, tidak boleh berencana jelek (mau menghadang di jalan, berencana memperkosanya, dst)
2. Katama yakni menyembunyikan perasaan itu, bukannya ribut2, memberitahu sana sini, misalnya membuat pengumuman lewat milis kalau lagi “sreg” sama si anu, dst. Jadi dia diemmmm saja, dirasa2kan sendiri, tidak mengobral omongan ngalor ngidul. Tentu saja ini sangat berat, karena begitu beratnya itulah, akhirnya dia sakit dan meninggal, ihik…ihik…ihik…
Di sinilah, Tuhan YME bersimpati ke pemuda tadi dg melantiknya jadi syahidan.